Opiniindonesia.com – Saya sebetulnya, segan menuliskan kejadian kemarin siang, saat ikut aksi 1607 bersama ratusan ribu massa Tolak RUU HIP di Depan Gedung DPR/MPR/DPD, Kamis 16 Juli 2020.

Saya anggap ini insiden kecil. Tapi bisa juga ini persoalan yang bisa di jadikan pintu masuk adu domba saya dengan massa yang hadir terutama dengan laskar nya.

Karena laskar nya sangat ketat kawal aksi; biar tidak di susupi provokator dan provokasi. Bisa juga, ini trick intelejen untuk kerjai saya.

Baca : Wacana dan Silang Pendapat Seputar RUU Haluan Ideologi Pancasila

Sampai di depan gedung DPR, saya mencoba menghilangkan haus dan lapar dengan beli minuman dan jajanan kecil. Dan saat itu bersamaan hujan mulai turun. Saya beli jas hujan. Untuk persiapan kalau2 hujan semakin lebat.

Baca juga : Tulisan-Tulisan Muslim Arbi yang Menarik Lainnya, di Sini

Selesai, menikmati minum dan jajanan kecil saya merangsek diantara kerumanan massa agar bisa mendekat ke Mobil Komando. Saya bertemu dengan saudara Nurhidayat Assegaf, dan beberapa kawan. Kepada Nurhidayat saya tawarkan jananan yang masih di tangan saya.

Saya lalu berusaha dekati mobil komando sambil mengabadikan beberapa momen penting aksi Tolak RUU HIP itu. Hujan, mulai semakin turun. Khawatir hp basah, saya merunduk, lalu berusaha memasukan hp ke dalam kantong Plastik yg sdh di sediakan.

Tanpa diduga dari mana datangnya, dari tengah2 kerumunan massa aksi itu. Muncul seorang yang berusia taksiran saya sekitar 60 tahun berwajah bersih dan kulit putih, pakai kemeja putih, mencoba merampas salah satu hp sambil teriak2 ini hp saya.

Saya berusaha mempertahankan hp tersebut, tapi si bapak misterius itu berteriak teriak sambil tunjuk itu hp saya. Saya lalu memberikan hp tersebut. Silahkan pak kalau punya bapak. Buka saja. Dia utak2 buka pin nya. Tidak bisa buka. Dalam hati saya ketawa. Ngaku hp nya ko ga bisa buka pin nya.

Saya khawatir insiden kecil itu menganggu jalannya aksi. Begini saja pak kita ke arah mobil komando, biar laskar2 itu membantu selesaikan masalah ini. Si bapak itu kelihatan ragu. Dalam hati saya. Nah ini kesempatan. Alhamdulillah bisa merapat ke mobil komando. Karena di bantu oleh massa dan laskar.

Niatan saya, bisa ikut orasi, kalau sudah bicara dengan teman-teman, kiyai atau tokoh ulama yang saya kenal. Tapi dengan insiden ini. Saya urungkan niat. Di dekat mobil komando, ketemu dengan Habib, panglima gerakkan nya Sdr Eggie Sujana. Habib, tanya Bang Muslim ada apa? Saya bilang, saya dituduh ambil hp oleh bapak ini sambil tunjuk bapak misterius ini.

Di samping mobil komando yang dijaga ketat oleh Laskar itu. Saya bilang ke bapak misterius itu. Pak, kalau hp itu punya bapak. Buka saja, pin nya. Ternyata berkali kali diutak-atik gak bisa. Lalu, saya bilang. Nah gak bisa buka kan? Lalu dikembalikan ke saya hp tersebut. Saya pun buka pin nya dan bisa aktif normal hp tersebut.

Si Bapak misterius itu, memeluk seorang anggota laskar dengan wajah pucat pasai. Saya kasihan juga, saya khawatir dia diamankan laskar karena dianggap mengacaukan acara demo ini. Si bapak misterius diminta oleh anggota laskar yg lain agar minta maaf. Tapi di wajahnya; dia enggan.

Tapi didesak terus, akhir nya dia ulurkan tangan ke saya untuk minta maaf. Saya pun memaafkan dia sambil minta nomor hp nya. Tapi enggan dia berikan. Saya pun tawarkan, apakah bapak mau memiliki hp ini sebagai ganti hp bapak yg hilang tadi? Dia geleng-geleng kepala.

Dalam waktu singkat, dengan peristiwa itu sempat saya ingat peristiwa saat Khalifah Ali bin Abi Thalib di curi baju perang nya dan diadili di pengadilan. Khalifah Ali, tidak punya saksi untuk bela diri di pengadilan.

Akhirnya hakim memutuskan baju perang yang dicuri oleh seorang Yahudi itu, milik si Yahudi. Yahudi itu jujur setelah hakim putuskan perkara baju perang itu. Si Yahudi pun sadar, akui meski tidak punya saksi sehingga Khalifah Ali, Sang Amiril Mukminin, gagal memiliki kembali baju perang itu karena tidak punya saksi. Si Yahudi kembalikan baju perang yang dicuri milik Sayyidina Ali itu dan dia pun akhir nya memeluk Islam.

Di dekat mobil Komando, terpampang tulisan, “MAKZULKAN JOKOWI, BUBARKAN PDIP, TOLAK RUU HIP DAN TANGKAP INISIATORNYA dan TOLAK RUU OMNIBUS LAW”

Saya keheranan, dan kecewa dengan media-media mainstream. Kenapa aksi massa yang begini besar tapi tidak di siarkan media-media besar lainnya. Apakah media itu sudah dikendalikan Istana dan DPR?

Saya kecewa melihat kelakuan media nasional sekarang ini. Dalam pandangan saya media2 mainstream nasional, anti demokrasi dan hanya menjadi media industri yang telah kehilangan independensinya dan mengabdi ke pemilik modalnya.

Saya pun akhir nya menjauh dari mobil komando, meski meliat beberapa ulama dan kiayai yang saya kenal di atas mobil komando. Saa tidak teruskan lagi niat untuk berorasi tolak RUU HIP itu.

Pada jarak beberapa ratus meter sambil berteduh karena hujan turun meski tidak deras. Beberapa ibu yang kenal, menyapa saya. Hei Bang, saya pun membakas sapaan ibu-ibuyang tergabung dalam Barisan Emak-emak Militan (BEM), itu.

Azan pun berkumandang untuk solat Zuhur, saya pun cari tempat solat. Tapi karena tidak memungkin saya urungkan niat solat berjamaah dengan massa. Saya pun solat di Masjid Kementrian Kehutanan.

Saya berjumpa dengan Efendi Zarkasi, alumni UI dengan Jaket Kuning, bertuliskan, Alumni UI, dan beberapa senior lain nya sambil ngopi, kami ngobrol bercengkrama dengan beberapa orang yang minta foto.

Ada dari Tri Matra Kapten Ruslan Buton, ada dari senior2 Alumni ITB, dan beberapa Jawara. Saya pun berfoto dengan para jawara, yang gunakan cincin2 bermata batu besar2 itu. Asyik suasana nya sambil bercanda.

Saat ngopi itu, tiba-tiba lewat Yayan 2M yang sering nyanyi lagu-lagu revolusi, juga Bang Kiai Jhon Dayat, musisi dan pencipta lagu, yang tidak absen kalau ada aksi2 bela Islam.

Setelah beberapa saat, saya pamit mau solat Zuhur. Saat menuju Masjid untuk solat Zuhur, jumpa Rizal Kobar, Damai Lubis, SH pengacara, dan Ustadz Edy Mulyadi, Sekjen GNPF. Kami pun bercengkrama sambil lontar gagasan dan ide soal aksi itu. Dan berfoto-foto.

Saya bilang kalau, aksi hari ini tidak mempan dan tidak diakomodir DPR dan Penerintah, sebaik nya kita bikin mosi tidak percaya terhadap DPR dan Pemerintah karenamereka keukeuh atas RUU HIP yang kemudian berganti baju menjadi RUU BPIP itu. Lontaran itu, keliatan di iyakan oleh Damai Lubis, SH dan Rizal. Rizal Kobar bilang setuju Bang.

Meski ketemu dengan kawan-kawan Aktifis dan tokoh2 gerakan itu. Insiden “Tuduhan ambil HP” sedikit pun saya tidak singgung. Karena saya anggap itu trick murahan intelejen untuk incar saya. Hehehe.

Kepada aparat intelejen, saya kenyang dgn trick-trick dan permainan intelejen. Jadi tidak usah lah bikin trick murahan seperti itu.

Sebelum menuju ke lokasi Aksi 1607 saya memang membuat beberapa status di FB yang bisa bikin kuping aparat kepanasan. Tapi itu semua saya lakukan sebagai langkah kritis untuk jalan nya Republik ini. Bukan mau bikin gaduh.

Aparat jangan kebakaran janggut, jika ada pikiran-pikiran kritis, demi kebaikan dan perbaikan negeri ini. Jangan mudah bikin jebakan dengan trick intelejen murahan seperti yang saya alami kemarin siang itu.

Oleh : Muslim Arbi, Gerakan Aliansi Laskar Anti Korupsi